Mengenal Candi | Candi Jago di Malang
Candi Jago terletak 22 kilometer di sebelah timur Kota Malang,
tepatnya di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang Jawa
Timur.Merupakan candi peninggalan kerajaan singasari yang dibangun pada sekitar
abad ke-13 Masehi. Candi ini dibangun untuk menghormati Raja Sri jaya
Wisnuwardhana (1248 – 1268) yaitu raja ke-4 kerajaan Singasari oleh anaknya dan
sekaligus raja yang memerintah saat itu, yaitu raja kertanegara. Selain disebut
sebagai candi Jago, candi ini juga terkadang disebut candi Tumpang, karena
berada di desa Tumpang, dan warga sekitar terkadang juga menyebutnya Cungkup.
Dalam kitab negarakertagama dan juga kitab pararaton, Sejarah Candi
Jago ini disebut dengan Jajaghu yang memiliki arti “keagungan”, dimana jajaghu
biasa digunakan untuk menyebut tempat yang suci. Bagian atas candi hanya
bersisa setengahnya saja, karena dari penuturan masayarakat sekitar, bagian
atas candi yang rusak diakibatkan karena terkena pertir.Di Candi ini juga
terdapat relief Pancatantra dan kunjarakarana.Pancatantra merupakan relief yang
menceritakan seorang brahmana yang sedang mengajarkan tentang kehidupan dan
kebijaksanaan dunia kepada pangeran yang tidak bisa mendengar. Sedangkan
Kunjakarana sendiri merupakan relief yang menceritakan seorang raksasa yang taat
terhadap ajaran agama Budha yang ingin bereinkarnasi agar dia terlahir kembali
sebagai manusia yang memiliki paras yang baik.
Hampir semua bangunan candi jago menggunakan bahan baku andesit. Di
candi ini juga terdapat Arca manjusri yang ditempatkan oleh Ardityawarman
seperti yang tercantum pada prasasti Manjusri.Saat ini arca ini disimpan di
Museum Nasional.
Sejarah Candi Jago
Sejarah Candi Jago berdasarkan kitab Negarakertagama dan Kitab
Pararaton, Candi Jago disebut sebagai Jajaghu yang berarti “keagungan”, yang
juga biasanya digunakan untuk menamakan tempat suci keagamaan. Dalam kitab
Negarakertagama juga dijelaskan bahwa Raja Wisnuwardhana, raja yang berkuasa
saat itu, merupakan penganut agama Budha Syiwa yang dijelaskan dalam Pupuh 41
dan gatra (baris) ke-4. Syiwa Budha
sendiri merupakan agama yang menggabungkan antara agama Budha dan agama hindu.
Candi candi ini merupakan perpaduan arsitektur candi peninggalan agama hindu
dan candi peninggalan agama Budha.
Dalam kitab Negarakertagama dan kitab pararaton, Sejarah Candi Jago
dibangun sejak tahun 1268 Masehi, dan baru selesai pada tahun 1280 Masehi.Candi
ini dibangun untuk menghormati Raja Singasari yang ke IV yaitu Sri Jaya
Wisnuwardhana.Selama pemerintahan kerajaan Majapahit yaitu pada tahun 1343 Masehi,
candi ini dipugar atas perintah dari Adityawarman, yaitu seorang raja dari
Mataram Kuno.Dimana Adityawarman masih memiliki hubungan darah dengan Hayam
wuruk, Raja Majapahit yang memerintah saat itu sebagaimana yang tercantum dalam
prasasti Manjusri.
Candi jago juga merupakan salah satu candi yang sering dikunjungi
Hayam Wuruk hingga tahun 1359 Masehi.Dimana Hayam Wuruk masih memiliki hubungan
darah dengan beberapa raja dari Singasari.Hal ini ditunjukkan pada ukiran bunga
teratai yang menjulur dari pangkal hingga ke atas.Ukiran teratai seperti ini
merupakan ukiran populer dan ciri khas dari candi-candi dari kerajaan
Singasari.
Arsitektur Candi Jago
Candi Jago memilliki ukuran panjang total adaah 23,71 meter, dengan
lebar 14 meter dan tinggi 9,97 meter. Pada bagian dasar candi Jago memiliki
desain dengan teras berundak atau bersusun dengan semakin keatas semakin
mengecil.Beberapa bagian dari candi ini sudah tidak lengkap lagi, yang bisa
anda lihat saat ini hanya tersisa kaki candi dan beberapa bagian badan candi.Terdapat
tiga penyanngga badan candi. Dan candi Jago juga memiliki teras yang lebih
menjorok keluar,dimana badan candi berdiri di bagian teras ketiga.
Pada bagian atap candi Jago sudah tidak terlihat bentuk aslinya,
karena memang saat ini dalam kondisi yang rusak.Menurut penuturan dari warga
sekitar, bahwa kerusakan pada atap candi Jago disebabkan karena tersambar
petir.Meskipun begitu, para ahli menyimpulkan bentuk atap dari candi Jago mirip
seperti Pagoda atau meru.Di kaki candi bagian luar, terdapat relief yang
menggambarkan berbagai cerita dan untuk membacanya, anda bisa memutari kaki
candi searah dengan jarum jam atau yang biasa disebut pradaksiana.
Relief-relief tersebut adalah:
·
Relief
Kresnayana
Relief KresnayanaRelief ini berada pada teras ketiga candi jago.
Relief ini bercerita mengenai kehidupan sri Kresna yang hampir mirip dengan
kehidupan raja Wisnuwardhana. Dalam relief ini menceritakan pernikahan antara
raja Wisnuwardana dan Naraya Waningyun, yang digambarkan dengan Kresna dan Dewi
Rukmin dimana Wisnuwardhana merupakan sepupu dari Naraya Waninghyun.Pada saat
itu Dewi rukmini sudah bertunangan dengan seorang raja Cedi, namun sebenarnya
Ibu dari Dewi Rukmini tidak setuju atas pertunangan dari Dewi Rukmini dan lebih
memilih jika putrinya dinikahkan dengan Kresna.Hingga akhirnya Ibu dari Dewi
Rukmini meminta Kresna untuk segera menikahi Dewi Rukmini.Namun, Hal ini
diketahui oleh Raja Cedi, dan segera untuk mempercepat pernikahanya dengan Dewi
Rukmini.Ketika hari pernikahan tiba, Dewi Rukmini tak tinggal diam, dia bertapa
agar diberikan jalan supaya bisa menikah dengan kresna.Hingga dia memperoleh
wangsit agar menyamar menjadi seorang petapa.Dan rencana dewi rukmini berhasil
untuk melarikan diri dari pernikahan dan berhasil menuju kepada Kresna.Hal itu
diketahui oleh Raja Cedi, sehingga pada saati itu juga mencari kresna dan ingin
membunuh Kresna.Rukma kakak dari Dewi Rukmini lah juga ikut mencari Kresna
dalam upaya membantu Raja Cedi.Waktu itu, Raja Cedi dihadang oleh pasukan
Kresna, dan berhasil dikalahkan oleh pasukan Kresna.Sedangkan Rukma bertemu
dengan Kresna, namun Rukma pun juga tidak bisa menandingi kesaktian kresna.Dan
akhirnya Kresna dan Dewi Rukmini bisa hidup bersama.
·
Relief
Kunjarakarna
Relief KunjarakarnaRelief ini terletak di bagian timur laut candi
Jago.Kunjarakarna merupakan sebuah cerita tentang raksasa yang didasarkan dalam
cerita Budha Mahayana. Dicertakan bahwa kunjarakarna ingin bereinkarnasi
menjadi seorang yang memiliki paras rupawan,sehingga ia bertapa di Gunung
Semeru. Datanglah ia kepada wairocana, dan diperbolehkan untuk mengunjungi
neraka. Dari situ dia mendapat kabar bahwa tidak lama lagi temanya akan
meninggal dan akan masuk di neraka selama ratusan tahun. Kemudian Kunkarakaran
meminta wairocana agar diberikan keringanan hukuman kepada temanya.Dan akhirnya
kunjarakarna diperbolehkan untuk memberitahu temanya perihal
kematianya.Akhirnya temanya juga mati namun hanya 10 hari disiksa dineraka,
lalu dihidupkan kembali.Dan Akhir dari cerita ini adalah kunjarakarna dan temanya
bertapa di gunung Semeru.
·
Relief
Pancatantra
Relief ini menceritakan seorang brahmana yang mengajarkan ilmu
kehidupan dan kebijaksanaan kepada tiga pangeran yang tidak bisa mendengar. Dan
ilmu yang dipelajari terdapat lima ajaran, yang juga disebut Pancatantra,
dimana kelima ajaran tersebut adalah Mitrabedha (Perbedaan); Mitraprapti
(Kedatangan); Kakolukiya (Peperangan dan Perdamaian); Landhansa (Kehilangan dan
keberuntungan) dan Apariksitakaritwa (tindakan terburu-buru). Biasanya
Pancatantra digambarkan dalam bentuk cerita fable dancerita berbingkai.
·
Relief
Fabel
Relief Fabel candi jagoPada bagian sisi kiri kaki candi yang berada
di Barat Laut menceritakan mengenai binatang, seperti cerita tantri.Dimana pada
bagian tersebut terdiri dari beberapa panel.Sedangkan pada bagian tengah candi
menceritakan mengenai seekor kura-kura yang ingin terbang.Kura-kura tersebut
meminta bantuan kepada bangau untuk ikut terbang bersamanya.Si Bangau menuruti
keinginan kura-kura dimana bangau membawa ranting dengan kakinya, sedangakan
kura-kura mengginggit ranting tersebut agar bisa ikut terbang.Kura-kura pun
akhirnya bisa terbang dengan bantuan bangau.Namun sesampainya di tengah
perjalanan, mereka bertemu dengan segerombolan serigala di bawah yang sedang
menertawakan kura-kura.Karena kura-kura banyak bicara, dia membalas cemoohan
serigala.Ketika kura-kura berbicara dia membuka mulutnya dan melepas gigitan
pada ranting yang dibawa oleh bangau.Dan pada saat itu pula kura-kura pun
terjatuh karena melepas gigitanya, dan menjadi makanan dari serigala. Dari
cerita fable diatas juga mengajarkan kita pada kehidupan,dimana kita harus
bersabar dan tetap teguh terhadap pendirian ketika mengejar mimpi kita, tanpa
harus mendengar cemoohan dari orang lain.
·
Arjunawiwaha
dan Pathayaan
Relief ini menceritakan mengenai Pandawa yang kalah oleh kurawa
karena kelicikan Sengkuni.Karena itu, Para pandawa hidup sebagai seorang biasa
di dalam hutan. Kemudian, salah satu dari pandawa, yaitu arjuna pergi bertapa
dan meninggalkan saudara- saudaranya. Arjuna meminta kepada dewa syiwa agar
memberikan senjata kepadanya untuk mengalahkan kurawa. Dewa syiwa memberikan
senjata kepada arjuna berupa panah pasopati, namun dengan syarat arjuna harus
ikut membantu mengalahkan raksasa Niwatkaca yang sedang mengamuk di
Kahyangan.Alasan Nitwakaca mengamuk kahyangan adalah karena lamaranya kepada
Dewi Supraba, salah satu bidadari di kahyangan ditolak oleh para dewa, sehingga
membuat Nitwakaca murka.Arjuna pun menyanggupi permintaan dari dewa syiwa, dan
ternyata Arjuna bisa mengalahakan Nitwakaca dan mendapatkan panah pasopati dan
juga dinikahkan dengan Dewi Supraba.Namun, Arjunapun juga tidak lupa dengan
misi utamanya, dia kemudian berpamitan untuk membantu sanudara-saidaranya untuk
mengalahkan kurawa.
·
Kalawayana
Relief Kalawayana masih berhubungan dengan cerita pada relief
Kresnayana, dimana menceritakan peperanagan antara raja kalawayana dan
Kresna.Pada bagian atap candi dulunya diperkirakan terbuat dari ijuk/kayu,
namun sekarang sudah tidak bersisa lagi.Tidak jauh dari bangunan candi
ditemukan nya sebuah Patung Manjusri yang saat ini disimpan di museum nasional
Indonesia. Pada bagian belakang patung ini terdapat sebuah tulisan yang
menjelaskan bahwa Candi ini didirikan oleh raja kertanegara untuk menghormati
sang Ayah yang sudah wafat yang juga pernah menjadi raja Singasari, yaitu Raja
Wisnuwardhana. Dan menurut penafsiran dari Bosch, dari prasasati itu juga
terdapat informasi mengenai Adityawarman yang melakukan renovasi total pada
candi ini karena pada saat itu candi sudah dalam keadaan rusak.Patung Majusri
sendiri dianggap sebagai perwujudan dari kebijaksanaan. Arca ini menduduki
bunga padma atau bunga teratai yang bergemerlapan, dimana di tangan kanan dari
sang arca memegang pedang yang memiliki makna perlawanan terhadap kegelapan.
Pada tangan kirinya terdapat buku yang berupa naskah daun palem.Serta pada dada
arca ini terdapat tali yang melingkarinya.Selain arca manjusri disekitar candi
Jago juga ditemukan arca dewiBrukhti yang memiliki banyak tangan.
Lokasi candi Jago
Candi Jago terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur dan hanya
berjarak 22 kilometer dari kota Malang. Terletak pada titik Koordinat
8°0′20,81″Lintang Utara dan 112°45′50,82″ Bujur Timur, tepatnya di dukuh Jago,
Desa tumpang, kecamatan tumpang, Kabupaten Malang, jawa timur. Selain candi
jago, anda juga bisa menuju ke kidal untuk mempelajari juga sejarah candi Kidal
yang juga merupakan peniggalan kerajaan Singasari.Untuk menuju Candi Jago
tidaklah terlalu sulit,karena Candi Jago terletak di jalur wisata menuju Gunung
semeru dan gunung Bromo. Jika anda dari Jakarta atau Surabaya berhentilah di
terminal Arjosari dikota Malang. Setelah itu, anda bisa menaiki Angkutan kota
yang berwarna putih (TA) dan turun di Pasar Tumpang. Dari Pasar tumpang anda
hanya cukup berjalan kaki saja karena jarak candi Jago dengan pasar Tumpang
tidaklah terlalu jauh.
Kelompok 1 :
Hidayatul Islamiyah (U20184054)
Zaka Kabar Taqwa (U20184040)
Idris Affandi (U20184024)
Anna Nur Nita (U20184023)
Nio Eko Puspitasari (U20184028)
Arjuna (U20184011)
Vina Indi Rahayu (U20184017)
Khoirul Umam (U20184063)
Mochammad Salman Alfarisi (U20184009)
Komentar
Posting Komentar